Jakarta –
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo) berkolaborasi bareng salah satu musisi Tanah Air, Ari Lasso, bikin vlog. Konten yang diunggah di YouTube Bamsoet Channel itu menekankan pentingnya toleransi dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena tanpa toleransi, lanjut Bamsoet, tak mungkin Indonesia bisa merdeka pada 17 Agustus 1945.
“Dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, para pendiri bangsa yang tergabung dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) maupun Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), terdiri dari beragam etnis dan agama,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, Senin (31/8/2020).
“BPUPKI yang dibentuk pada 1 Maret 1945, terdiri dari 63 anggota yang berasal dari 40 orang etnis Jawa, 7 orang Sunda, 4 orang Tionghoa, 3 orang Padang, 2 orang Madura, 1 orang Batak, 1 orang Indo-Belanda, 1 orang Arab, 1 orang Banten, 1 orang Lampung, 1 orang Ambon, dan 1 orang Minahasa. Dari segi pemeluk agama, 55 orang muslim, 8 orang non-muslim yang terdiri dari Tionghoa, Budha, dan Kristen. Merekalah yang melahirkan dasar negara, Pancasila, pada 1 Juni 1945,” jelasnya.
Mantan Ketua DPR RI ini menambahkan BPUPKI kemudian dibubarkan pada 7 Agustus 1945. Saat itu jugalah dibentuk PPKI yang berjumlah 21 orang, terdiri dari 12 orang etnis Jawa, 3 orang Sumatera, 2 orang Sulawesi, 1 orang Kalimantan, 1 orang Nusa Tenggara, 1 orang Maluku, dan 1 orang Tionghoa.
Bamsoet bilang merekalah yang menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi negara, menyusun pemerintahan pusat dan daerah, hingga merancang lembaga tinggi dan kelengkapan negara.
“Jauh sebelum kehadiran BPUPKI maupun PPKI, bangsa Indonesia secara bergotong royong tanpa mengenal perbedaan suku maupun agama, juga telah berjuang mengorbankan harta dan nyawa melawan penjajah,” ujarnya.
“Menandakan bahwa proklamasi kemerdekaan tak akan terjadi tanpa adanya toleransi dari setiap warga negara,” tandas Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menjelaskan hilangnya semangat toleransi dalam berbagai sendi kehidupan akan membuat bangsa Indonesia lemah. Oleh karena itu, jangan biarkan setiap anak bangsa kehilangan jiwa toleransi.
“Dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR RI, Presiden Joko Widodo sudah menegaskan agar jangan ada yang merasa paling agamis maupun Pancasilais sendiri. Jangan merasa paling benar dan memaksakan kehendak,” ujar Bamsoet.
“Sikap seperti itu biasanya justru malah mendatangkan perpecahan. Perdamaian dan kesatuan bangsa hanya akan tercapai jika setiap anak bangsa mau membuka diri terhadap berbagai perbedaan yang ada. Jadikan perbedaan sebagai rahmat dari Tuhan YME. Bukan sebagai sumber konflik perpecahan,” pungkas Bamsoet.
(akn/ega)