Siapakah pendiri Sarekat Dagang Islam?
Mengutip dari buku Buku Pintar Mengenal Pahlawan Indonesia karya Suryadi Pratama, Kyai Haji Samanhudi merupakan tokoh pendiri Sarekat Dagang Islam. Samanhudi dengan nama kecil Sudarno Nadi ini dilahirkan di Surakarta pada tahun 1868.
Samanhudi kecil ternyata memiliki latar belakang yang menarik. Kisahnya ini pula yang menjadi landasan baginya untuk membentuk organisasi SDI.
Diketahui, ternyata pendidikan Samanhudi hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). Bahkan, buku Nama & Kisah Pahlawan Indonesia dari masa VOC, Belanda, Jepang, hingga masa Pembangunan menyebut, ia tidak sampai tamat menempuh pendidikan dasarnya.
“Pendidikan Samanhudi hanya sampai sekolah dasar, itu pun tidak tamat,” tulis Angga Priatna dan Aditya Fauzan Hakim dalam buku Nama & Kisah Pahlawan Indonesia dari masa VOC, Belanda, Jepang, hingga masa Pembangunan tersebut.
Meskipun demikian, sang pendiri Sarekat Dagang Islam ini tidak lantas berhenti dalam mencari ilmu. Setelah berpindah dari kota kelahirannya Surakarta lalu ke kota Surabaya, Samanhudi pergi mendalami ilmu agama Islam di sana.
Selain itu, ia juga mulai terjun dalam kegiatan berdagang batik yang digeluti oleh ayahnya Haji Muhammad Zen. Belajar sambil bekerja inilah yang menjadi kegiatan sehari-hari Samanhudi sejak ia berhenti mengenyam pendidikan formal di tingkat SD.
Seakan berhasil menemukan minat dan bakatnya, ternyata karier berdagang batiknya semakin berkembang pesat. Pergaulannya dengan para pedagang batik juga sangat luas. Samanhudi pun kemudian mengembangkan sendiri usahanya dan semakin di kenal dalam dunia perdagangan batik.
Lama bergelut dalam dunia bisnis batik membuat Samanhudi menyadari suatu fakta. Ia merasa bahwa pedagang-pedagang Islam di Hindia Belanda masih mendapat diskriminasi dari pemerintah dibandingkan pedagang dari Tionghoa pada tahun 1905.
Oleh sebab itu, Samanhudi merasa pedagang pribumi harus memiliki organisasi sendiri untuk membela kepentingan rakyatnya. Mulanya, ia membentuk kelompok Rekso Roemekso yakni kelompok ronda untuk melindungi para pedagang batik dari ancaman perampok.
Kemudian pada tahun 1911, Samanhudi mengubah Rekso Roemokso menjadi Sarekat Dagang Islam di Surakarta bersama dengan H.O.S Tjokroaminoto dan R.M Tirto Adhi Suryo. Ia pun ditunjuk menjadi ketua dari organisasi yang beranggotakan para pedagang tersebut.
Samanhudi menjabat sebagai ketua organisasi Sarekat Dagang Islam pada tanggal 10 September 1912-1914. Di sela-sela kepemimpinannya, atas saran Tjokroaminoto, SDI berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada 10 September 1912.
Kepemimpinan Samanhudi tidak berlangsung lama, apalagi kesehatannya mulai terganggu yang membuatnya tidak dapat aktif lagi dalam organisasi tersebut. Hingga Tjokroaminoto yang semula hanya seorang komisaris, kemudian diangkat menjadi ketua menggantikan Samanhudi.
Setelah SI di bawah kepemimpinan Tjokroaminoto, SI semakin berkembang menjadi organisasi massa terbesar di Hindia Belanda. Bahkan SI atau dulu disebut Sarekat Dagang Islam mulai menyatakan diri sebagai organisasi politik yang akan membebaskan rakyat Indonesia dari penjajahan pada tahun 1917.
Simak Video “Keseruan Pelajar di Majalengka Belajar Beragam Motif Batik“
[Gambas:Video 20detik]
(rah/row)